Dua astronot NASA, Doug Wheelock & Tracy Caldwell Dyson, belum bisa memperbaiki kerusakan yang terjadi di International Space Station (ISS). Kedua astronot tersebut berusaha untuk memperbaiki sistem pendingin karena ditemukannya kebocoran gas ammonia. “Kita akan menyelesaikan masalah ini. Lebih lama beberapa hari dari yang sudah direncanakan,” ujar Michael Suffredini, manajer dari ISS, seperti yang dikutip dari Yahoo News, Senin (9/8/2010).
Setelah 8 jam dan 3 menit berusaha, mereka pun terpaksa harus menunda dulu perbaikannya.
“Tantangannya adalah untuk membereskan sebelum masalah mengenai sistem pendinginnya,” tambah Suffredini.
Masalahnya terdeteksi ketika astronot Doug Wheelock tidak bisa memutuskan kabel ammonia ke sistem pendingin.
Para ilmuwan NASA di bumi menginstruksikan para astronot untuk memperbaiki sistem yang rusak tersebut. Tim ahli NASA kembali merencanakan kembali perbaikan tersebut pada hari Rabu.
Kegagalan sistem pendingin yang rusak pada tanggal 31 Juli tersebut, adalah satu dari dua stasiun luar angkasa yang alat-alatnya berasal dari laboratorium Amerika Serikat, Jepang dan Eropa.
NASA berkata bahwa keenam kru (tiga orang astronot Amerika Serikat dan tiga orang astronot Rusia) yang ada di stasiun luar angkasa tersebut tidak dalam bahaya
CALIFORNIA – Alam semesta akan terus meluas. Demikian kesimpulan dari para ilmuwan NASA untuk sebuah penelitian baru pada salah satu teka-teki terbesar astronomi, yaitu ‘energi kegelapan’. Teleskop Hubble NASA digunakan untuk meneliti sumber energi yang mampu mendorong seluruh isi alam semesta ini untuk terus meluas. Demikian seperti yang dikutip dari Telegraph, Jumat (20/8/2010).
Sumber kekuatan misterius yang tidak terlihat ini ditemukan oleh para ilmuwan di tahun 1998. ‘Energi kegelapan’ ini mampu meluaskan jagat raya hingga lebih luas sekira 72 persen dari ukuran sebelumnya. Sisa 24 persennya, diduga adalah sumber ‘inti dari kegelapan’ tersebut. ‘Inti energi kegelapan juga dianggap cukup misterius tapi lebih mudah dipelajari ketimbang energi kegelapan itu sendiri, karena pengaruh gravitasi yang dimlikinya.
“Sisa 4 persennya, yang mana adalah jagat raya, terdiri dari materi-materi pembentuk bintang dan planet,” ujar ilmuwan lembaga antariksa AS itu.
Dengan menggunakan lensa galaktik yang besar, para ilmuwan di NASA Jet Propulsion Laboratory, California menyimpulkan bahwa energi hitam tersebut mampu menyebabkan alam semesta tidak akan berhenti meluas.
Para ilmuwan menggunakan teleskop Hubble dan European Space Observatory untuk mengamati bagaimana cahaya dari bintang kejauhan menjadi terdistorsi di dekat wilayah kumpulan galaksi terbesar yang bernama Abell 1689; yang ditemukan di konstelasi Virgo.
“Karena massa-nya yang besar maka kumpulan galaksi tersebut memantulkan dan mendistorsi sinar dari bintang tersebut,” kata para ilmuwan.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa alamt semesta akan terus meluas, karena didorong oleh energi misterius tersebut.

VIVAnews - Saat asteroid besar bersiap menghujam Bumi 50 tahun mendatang, sebuah bom nulir diluncurkan untuk membuat batu luar angkasa itu hancur berkeping. Itu adegan yang sangat menarik film Hollywood.
Itu bisa jadi nyata. Sebab, para ilmuwan mengatakan bom nuklir memang bisa jadi solusi penyelamatan Bumi.
Namun, ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi. Yakni, asteroid harus jadi ancaman yang nyata bagi Bumi dalam jangka waktu yang relatif singkat — untuk justifikasi pilihan ekstrim ini. Apalagi, tambah ilmuwan, puing-puing ledakan asteroid yang dibom nuklir bisa jadi bahaya.

David Dearborn, fisikawan Laboratorium Nasional Lawrence Livermore, California mendukung bom nuklir sebagai salah satu alternatif terbaik menghindarkan malapetaka Bumi.
“Bom nuklir adalah bom terkuat yang kita ketahui. Ini 3 juta kali lebih efisien daripada bom kimia. Masalahnya, adalah bagaimana untuk menggunakannya,” kata dia, seperti dimuat laman Space.com, 25 Juni 2010.
Apalagi, dengan nuklir, kita bisa membawa sumber energi luar biasa ke laur angkasa dalam kapasitas yang kecil.
Namun, masalah tak berakhir dengan hanya meledakkan asteroid. Ancaman lain masih ada — puing-puing asteroid.
Kata Dearborn, penting untuk memperhitungkan sedemikian rupa, hingga hanya sebagian kecil puing yang mampu menembus atmosfer.
Dearborn membuat simulasi untuk mengetahui jumlah energi dan waktu yang efektif untuk mengalihkan asteroid dan puing-puing yang menyebar agar tak menabrak Bumi.
Kata dia, memecah asteroid sepanjang 270 meter dengan 300 kiloton sumber energi dapat dilakukan selama 15 hari, dengan jarak lebih dari 100 juta mil dari Bumi.
“Di luar orbit Bulan. Itu berarti Bumi akan baik-baik saja. Dipastikan 97 persen material tidak menuju Bumi.”
Laboratorium Universitas California saat ini sedang merancang dan menguji senjata nuklir penghancur asteroid.
Dearborn yakin, ledakan nuklir bisa digunakan untuk mengubah orbit asteroid yang mengancam — sebelum menubruk dan menciptakan bencana luar biasa bagi Bumi.
Sementara, Direktur NASA Lunar Science Institute dan astrobiologis senior lembaga antariksa AS, David Morrison mengatakan nuklir hanya efektif dalam situasi mendesak.
“Jika asteroid itu benar-benar besar dan manusia tak punya waktu banyak, nuklir mungkin satu-satunya penyelamat kita,” tambah dia.
Laporan survey NASA mengungkapkan, 90 persen batu luar angkasa besar yang berpotensi mengancam Bumi telah ditemukan.
“Dalam beberapa tahun, kita bisa yakin tak ada di langit yang bisa menyebabkan kehancuran Bumi. Namun, masih ada jutaan benda langit yang cukup besar untuk menyapu bersih sebuah kota. Perlu waktu lama untuk menemukan dan mencari orbit mereka,” kata dia.

Isu yang belakangan ini memang selalu membuat kita bergidik, rasanya kehidupan di bumi ini sudah semakin singkat, faktor yang menyebabkannya adalah dari perkiraan tekhnologi modern yang sudah sangat akurat ditambah dengan perkiraan manusia yang katanya bisa memprediksi kapan terjadinya hari yang mengenaskan tersebut.
Walaupun sebegitu akuratnya data yang diterima baik itu di buktikan dengan perangkat modern atau kepercayaan sekelompok orang, satu hal yang saya katakan disini adalah data yang terakurat ada pada sang pencipta yang tahu kapan dan waktunya DIA berbuat sesuatu.
Salah satu yang memberikan data yang akurat tersebut adalah suku Maya yang disebut mempunyai ilmu Falak dan Sistem Penanggalan Yang Akurat dan disebutkan bahwa akan muncul gelombang galaksi yang besar sehingga menimbulkan terhentinya semua aktivitas di bumi.

Akibat dari Gelombang Galaksi tersebut adalah :
Pertama : Terjadi ledakan di permukaan atmosfer Matahari yang menimbulkan badai Antariksa
Kedua : Miliaran ton gas superpanas berisi partikel dilontarkan ke luar angkasa
Ketiga : Sebaran partikel ini dapat menyebabkan gangguan navigasi/magnet pada bumi
Keempat : Gangguan pada sistem Satelit, Sistem Pembangkit Listrik dan gangguan pada Frekuensi Radio.
Saat ini, setelah berita ini di munculkan, para ahli dibidang sains, kedirgantaraan, penerbangan maupun ahli antariksa, membuat suatu antisipasi dengan cara membangun sistem pemantau cuaca, yakni pantauan meliputi lapisan ionosfer, geomagnetik dan gelombang radio.
Namun apapun yang terjadi pada masa yang akan datang, niscaya Maha Pencipta sudah terlebih dahulu memberikan peringatan dan himbauan kepada manusia dan masih sangat segar bila di ingat tahun 2000 lalu dimana dikabarkan bahwa sistem komputer dan lainnya akan kembali ke angka Nol jika masuk ke tahun 2000 tersebut, buktinya pada masa itu tidak terjadi sesuatu yang berarti.Semuanya yang terjadi pada masa ini dan pada masa yang akan datang adalah sesuatu rencana namun jikalau sang Pencipta belum mau melakukannya, pasti akan tidak terjadi sesuatu.

“Belum ada fakta yang menyatakan hal tersebut. Jikalau pun akan terjadi, maka astronom pasti sudah bisa memperkirakannya sejak satu dekade terakhir, dan pasti sudah terlihat sekarang. Bahkan ilmuwan yang ahli di seluruh dunia juga tahu, bahwa tidak ada kiamat 2012.“ tukas NASA.
NASA bersikeras bahwa calendar Maya tidak akan berakhir di tahun 2012, untuk itu, tidak ada yang namanya garis katulistiswa yang berdiri sejajar dalam waktu mendatang. Bahkan, suku Maya di Guatemala dan Mexico, juga lalu menepis dugaan hari hancurnya bumi tersebut, tambah NASA. NASA juga menjelaskan, sikap suku Maya yang melihat perkembangan kiamat 2012 hanya menjadi campuran kebingungan dan kekesalan kepada apa yang dianggap sebagai distorsi Barat yang mengganggu tradisi dan keyakinan mereka.

Film fiksi ilmiah ‘2012′ yang menceritakan tentang terjadinya badai matahari (flare) bukan isapan jempol belaka. Flare diperkirakan akan terjadi antara tahun 2012-2015. Namun, tak serta merta hal itu melenyapkan peradaban dunia.

“Lapan memperkirakan puncak aktivitas matahari akan terjadi antara 2012 hingga 2015. Pada puncak siklusnya, aktivitas matahari akan tinggi dan terjadi badai matahari,” ujar Kabag Humas Lapan Elly Kuntjahyowati dalam rilis yang diterima detikcom, Kamis (4/3/2010).
Flare tersebut, imbuhnya, merupakan salah satu aktivitas matahari selain medan magnet, bintik matahari, lontaran massa korona, angin surya dan partikel energetik. Ledakan-ledakan matahari itu, bisa sampai ke bumi. Namun, flare yang diperkirakan akan terjadi itu tak akan langsung membuat dunia hancur.
“Masyarakat banyak yang menghubungkan antara badai matahari dengan isu kiamat 2012 dari ramalan Suku Maya. Ternyata dari hasil pengamatan Lapan, badai matahari tidak akan langsung menghancurkan peradaban dunia,” imbuhnya.
Efek badai tersebut, lanjut dia, yang paling utama berdampak pada teknologi tinggi seperti satelit dan komunikasi radio. Satelit dapat kehilangan kendali dan komunikasi radio akan terputus.
“Efek lainnya, aktivitas matahari berkontribusi pada perubahan iklim. Ketika aktivitas matahari meningkat maka matahari akan memanas. Akibatnya suhu bumi meningkat dan iklim akan berubah,” jelas Elly.
Partikel-partikel matahari yang menembus lapisan atmosfer bumi akan mempengaruhi cuaca dan iklim. Dampak ekstremnya, bisa menyebabkan kemarau panjang. Namun hal ini masih dikaji oleh para peneliti.

TEMPO Interaktif, Washington:
Sebuah supernova telah terjadi di luar angkasa baru-baru ini. Sebuah bintang besar—ukurannya 150 kali ukuran matahari—meledak dan menimbulkan cahaya lima kali lebih terang daripada supernova mana pun.
Supernova terjadi ketika sebuah bintang tua kehabisan bakar lalu meledak dengan sendirinya. Bintang uzur itu bernama SN 2006gy, yang ditemukan pertama kali pada September tahun lalu oleh seorang mahasiswa di Texas. Letaknya 240 juta tahun dari bumi, berada pada galaksi yang jauh dari Bimasakti.
Besar Kecil Normal
Supernova Terlihat di Luar Angkasa.
Rabu, 09 Mei 2007 | 00:53 WIB
TEMPO Interaktif, Washington:
Sebuah supernova telah terjadi di luar angkasa baru-baru ini. Sebuah bintang besar—ukurannya 150 kali ukuran matahari—meledak dan menimbulkan cahaya lima kali lebih terang daripada supernova mana pun.
Supernova terjadi ketika sebuah bintang tua kehabisan bakar lalu meledak dengan sendirinya. Bintang uzur itu bernama SN 2006gy, yang ditemukan pertama kali pada September tahun lalu oleh seorang mahasiswa di Texas. Letaknya 240 juta tahun dari bumi, berada pada galaksi yang jauh dari Bimasakti.
Ahli astronomi dari Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) mengatakan supernova itu berlangsung selama 70 hari. Mereka telah mengamatinya dengan sejumlah teleskop di bumi maupun ruang angkasa. “Dari semua bintang yang meledak yang pernah diamati, inilah rajanya,” kata Alex Filippenko dari NASA.
Nathan Smith, yang memimpin sebuah tim gabungan dari Universitas California Berkeley dan Universitas Texas Austin, mengatakan ledakan itu sungguh-sungguh besar, ratusan kali lebih energik daripada supernova biasa.
Namun berbeda dengan supernova yang umum, pengamatan melalui teleskop sinar-X dari Observatorium Chandra di orbit, memperlihatkan bahwa ledakan SN 2006gy tak menyebabkan lubang hitam (black hole).
Para ahli astronomi itu kemudian memperkirakan ledakan bintang semacam itu akan terjadi pada bintang Eta Carinae, yang berada di galaksi Bimasakti, 7.500 tahun cahaya dari bumi.
Dave Pooley dari Universitas California di Berkeley, mengatakan bila Eta Carinae meledak, cahayanya akan begitu terang sehingga akan tampak meski pada siang hari.
Mario Livio dari Institut Ilmu Teleskop Ruang Angkasa di Baltimore mengatakan Eta Carinae bisa meledak kapan saja. “Kami terus mengawasinya,” katanya.
INGGRIS – Ras manusia harus siap bertempat tinggal di planet lain dalam kurun waktu dua abad ke depan. Hal ini untuk menghindari kepunahan. “Dua abad ke depan, manusia harus sudah siap menempati luar angkasa (planet lain). Jika tidak maka kita akan punah,” ujar Stephen Hawking, ilmuwan astro-fisika ternama asal Inggris, seperti dikutip melalui Yahoo News, Selasa (10/8/2010).
Ilmuwan tersebut mengatakan bahwa ia takut umat manusia dalam bahaya besar. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mengatasi kepunahan massal, atau ingin bertahan hidup, adalah tinggal di planet lain di luar angkasa.
“Tapi saya adalah seorang yang optimis. Jika kita bisa tetap tinggal di bumi dan menghindari bencana untuk dua abad ke depan, spesies kita akan aman. Jadi kita tidak harus berada di luar angkasa,” tambah Hawking.
Profesor Hwaking memperingatkan bahwa populasi di bumi semakin meningkat dan sumber daya alam yang ada semakin menipis.
“Itulah salah satu bahaya yang sedang kita hadapi. Jika kita tidak memiliki upaya untuk mencegahnya, salah satu cara untuk menghadapinya adalah dengan mencari tempat tinggal di planet lain,” tandas Hawking.
Pernyataan ini cukup kontras dengan peringatan yang dilancarkan Hawking baru-baru ini. Awal tahun ini, Profesor Hawking memperingatkan para ilmuwan bahwa menjelajahi luar angkasa cukup menimbulkan resiko yang besar karena sama saja dengan menggangu habitat di luar bumi.
Di beberapa seri Discovery Channel, dia mengatakan manusia harus waspada dalam mencoba berkomunikasi dengan mahkluk asing karena mungkin saja mereka bukan makhluk yang ramah.
WASHINGTON – Para ilmuwan mengatakan bahwa kurangnya aktifitas matahari menyebabkan salah satu lapisan teratas atmosfir menyusut. Meski terdengar agak sedikit menakutkan tapi sebenarnya ini adalah kabar yang baik untuk satelit-satelit angkasa kita. Paslanya gas-gas dari radiasi sinar matahari tersebut memperpendek usia satelit. Fenomena kurangnya aktifitas matahari ini membuat umur satelit bertahan menjadi lebih lama, seperti yang dikutip dari Straits Times, Jumat (27/8/2010).
Selain itu, fenomena ini juga ada sisi buruknya yakni makin bertambah banyak saja sampah-sampah di luar angkasa.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal American Geophysical Union, energi matahari berkurang sepanjang periode tahun 2007 sampai 2009. Selama periode tersebut, lapisan atmosfir teratas bernama thermosphere, yang berada di ketinggian 90 kilometer sampai 480 kilometer di atas Bumi, menjadi dingin dan menciut.
Kurangnya aktifitas matahari yang menyebabkan menyusutnya thermosphere ini adalah kontraksi terbesar dalam kurun waktu 43 tahun terakhir.

Tapi, janganlah buru-buru panik. Masih ada kabar baik. Ini menyangkut Nemesis, bintang kembar gelap dari matahari. Selama ini, Nemesis selalu dituding jadi biang keladi. Teori umumnya begini: tiap 27 juta tahun sekali, Nemesis melintasi sabuk raksasa debu dan es yang disebut awan Oort, dan gara-gara itu lalu melontarkan komet-komet ke Bumi. Sekarang, para ilmuwan mengatakan: karena skenario kiamat terjadi secara begitu reguler, Nemesis tidaklah mungkin jadi penyebab utama karena orbitnya akan mengalami perubahan dalam kurun waktu sebegitu lama. Tapi, ini bukan berarti bahwa Nemesis–yang terletak sekitar satu tahun cahaya dari matahari–tidak akan lagi
menyemburkan komet-komet awan Oort-nya ke seantero galaksi kita. Sekarang ini, komet-komet itu sedang menghajar planet-planet lain di luar Bumi. Jadi, karena armagedon terakhir terjadi 11 juta tahun lalu, maka berdasarkan teori ini, Bumi baru akan kiamat pada tahun 16.002.010–bukan dua tahun mendatang, seperti yang difilmkan Roland Emmerich di “2012.” Artinya, silakan Anda menghirup nafas lega-lega–sepanjang pemanasan global tak segera menciptakan kiamat yang lain

VIVAnews – Badai meteor mengancam stasiun angkasa luar internasional dan satelit-satelit seperti teleskop Hubble. Badai itu bahkan diyakini bakal yang terkuat dalam lebih dari satu dekade.

Demikian peringatan dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Kamis 17 Juni 2010. NASA memperingatkan bahwa badai meteor diprediksi terjadi tahun depan dan bisa menghantam Teleskop Hubble dan stasiun angkasa luar internasional.
Para pakar astronomi NASA khawatir bahwa kumpulan serpihan komet itu akan terjadi selama sekitar tujuh jam. Tak hanya mengancam satelit dan stasiun luar angkasa, meteor itu bisa mengenai pesawat luar angkasa yang sedang mengorbit dan merusak perangkat elektronik mereka.
Ilmuwan NASA, seperti dikutip dari laman harian The Telegraph, mengatakan badai meteor tersebut akan menimbulkan tontonan visual tentang bintang. Meski demikian, ilmuwan NASA mengakui saat ini mereka belum bisa memastikan seberapa serius dampak badai meteor tersebut.
Namun, operator kendaraan angkasa luar telah diminta untuk mengembangkan mekanisme pertahanan.
NASA juga sedang menyelidiki kemungkinan memutar arah stasiun angkasa luar internasional dan teleskop Hubbel untuk memastikan area rawan tidak berhadapan langsung dengan semburan pasir.

Astronot juga dilarang melakukan “spacewalk” hingga ancaman semburan partikel angkasa luar sudah berlalu. Namun satelit, termasuk satelit penyedia layanan penting seperti komunikasi, perangkat bernavagasi satelit (satnav), dan televisi, akan tetap menghadang badai.
Dr William Cooke, pakar meteor NASA di Alabama, mengatakan berbagai rencana sedang disiapkan untuk menghindari masalah-masalah akibat badai. Dari berbagai data yang terkumpul, komputernya menyimpulkan bahwa beberapa ratus meteor per jam akan tampak dari Bumi pada 8 Oktober tahun depan.

Demikian peringatan dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Kamis 17 Juni 2010. NASA memperingatkan bahwa badai meteor diprediksi terjadi tahun depan dan bisa menghantam Teleskop Hubble dan stasiun angkasa luar internasional.
Para pakar astronomi NASA khawatir bahwa kumpulan serpihan komet itu akan terjadi selama sekitar tujuh jam. Tak hanya mengancam satelit dan stasiun luar angkasa, meteor itu bisa mengenai pesawat luar angkasa yang sedang mengorbit dan merusak perangkat elektronik mereka.
Ilmuwan NASA, seperti dikutip dari laman harian The Telegraph, mengatakan badai meteor tersebut akan menimbulkan tontonan visual tentang bintang. Meski demikian, ilmuwan NASA mengakui saat ini mereka belum bisa memastikan seberapa serius dampak badai meteor tersebut.
Namun, operator kendaraan angkasa luar telah diminta untuk mengembangkan mekanisme pertahanan.
NASA juga sedang menyelidiki kemungkinan memutar arah stasiun angkasa luar internasional dan teleskop Hubbel untuk memastikan area rawan tidak berhadapan langsung dengan semburan pasir.

Astronot juga dilarang melakukan “spacewalk” hingga ancaman semburan partikel angkasa luar sudah berlalu. Namun satelit, termasuk satelit penyedia layanan penting seperti komunikasi, perangkat bernavagasi satelit (satnav), dan televisi, akan tetap menghadang badai.
Dr William Cooke, pakar meteor NASA di Alabama, mengatakan berbagai rencana sedang disiapkan untuk menghindari masalah-masalah akibat badai. Dari berbagai data yang terkumpul, komputernya menyimpulkan bahwa beberapa ratus meteor per jam akan tampak dari Bumi pada 8 Oktober tahun depan.

Ilmuwan senior NASA yakin, Bumi akan terpukul oleh tenaga magnetis dari jilatan api Matahari dalam level yang tak diketahui, setelah Sang Surya ‘bangun dari tidurnya yang panjang’ suatu hari di tahun 2013. Demikian diungkap dalam artikel yang ditulis di The Daily Telegraph. Dalam peringatan terbarunya, NASA mengatakan, badai superkuat akan memukul bumi seperti ‘kilat’. Efeknya, bisa mengakibatkan bencana bagi kesehatan di dunia, layanan gawat darurat dan juga kemanan nasional — kecuali tindakan pencegahan sudah diambil sebelumnya.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar