Jumat, 18 Februari 2011


Saat ini Rusia tengah berencana untuk membangun pesawat antariksa bertenaga nuklir untuk misi berawak ke Mars.
Menurut kantor berita RiaNovosti, Anatoly Perminov, Russian Federal Space Agency, menyebutkan bahwa Komisi pemerintah beranggapan kalau rencana itu sangat krusial. Namun demikian begitulah adanya jika ingin mempertahankan keunggulan kompetitif dalam ruang perlombaan.
Desain dasar akan siap pada tahun 2012 mendatang. Sebuah versi akhir akan memakan waktu selama sembilan tahun lagi, dan akan menelan biaya sekitar 580 juta USD atau sekitar 5,8 trilyun rupiah untuk pembangunannya, kata Perminov. Ini akan didasarkan sekitar reaktor nuklir berkapasitas megawatt, yang jauh lebih kuat daripada reaktor nuklir kecil yang menjadi pembangkit beberapa satelit militer Rusia.
“Proyek ini bertujuan untuk menerapkan skala besar program eksplorasi ruang angkasa, termasuk misi berawak ke Mars, perjalanan antar planet, penciptaan dan pengoperasian pos-pos planet”, kata Perminov. Tapi ia telah menghentikan pengajuan sebuah basis permanen di Mars.
Presiden Dmitry Medvedev mendukung proyek tersebut, dan mendesak pemerintah untuk mencari dana. Jika proyek berjalan nantinya, itu akan menjadi dorongan besar untuk program luar angkasa Rusia. Rusia saat ini menggunakan roket pendorong Soyuz yang telah berumur 40 tahunan, dan berencana untuk mengganti nya dengan yang lebih baik lagi.

Planet pertama yang bisa dihuni dalam ukuran dan kondisi yang sama dengan Bumi, telah ditemukan dalam satu sistem tata surya luar, sehingga kembali memunculkan kemungkinan adanya kehidupan di planet-planet lain, ungkap para ilmuwan.

Planet yang belum diberi nama itu besarnya satu setengah kali Bumi dan lima kali lebih pejal, ungkap tim astronom Eropa di Observatorium Selatan Eropa di Garching, Jerman.
“Kami sudah menaksir bahwa suhu rata-rata super-Bumi ini antara 0 hingga 40 derajat Celsius, karena itu air dalam keadaan cair,” kata Stephane Udry dari Observatorium Jenewa.
“Model-model memberi perkiraan bahwa planet itu kemungkinan berbatu-batu seperti Bumi kita atau ditutupi samudera.” katanya kepada DPA.
Planet itu terletak di sekitar bintang yang disebut Gliese 581, sekitar 20,5 tahun cahaya dari sistem tata surya Bumi dan termasuk 100 bintang terdekat dari Matahari.
Walau planet itu lebih dekat kepada bintangnya dibandingkan dengan jarak Bumi ke Matahari, kedua planet sama mempunyai kondisi serupa karena Gliese 581, yang disebut “kurcaci merah”, ukurannya lebih kecil dan lebih dingin.
Satu tahun planet tersebut sama dengan 13 hari di Bumi.
“Kurcaci-kurcaci merah, cocok untuk mencari planet-panet sejenis karena mereka memancarkan cahaya lebih sedikit, dan mereka juga punya jarak yang lebih dekat ke zona yang bisa dihuni, dibanding matahari kita,” kata Xavier Bonfils dari Universitas Lisabon.
Lebih dari 200 “eksoplanets” – planet di luar tata surya Matahari, ditemukan dalam 12 tahun terakhir. Kebanyakan adalah gas padat yang sangat besar mirip Jupiter.
Xavier Delfosse dari Universitas Grenoble di Prancis mengatakan planet temuan baru itu dapat dihuni dan pasti menjadi sasaran bagi misi luar angkasa mencari mahluk luar angkasa di masa depan.
“Air dalam bentuk cair sangat penting bagi kehidupan,” katanya. “Bagai peta harta karun, orang akan menandai planet ini dengan tanda X.”


Astronomer berhasil menemukan planet yang diselimuti udara panas. Hanya dalam hitungan enam jam, planet ini empat kali lebih panas dari Jupiter dengan suhu mencapai 1.200 derajat. Penelitian itu dilaporkan di journal Nature. “Ini pengamatan pertama perubahan cuaca di planet di luar tata surya kita,” kata penulis laporan itu Gregory Laughlin, profesor astronomi di Universitas California di Santa Cruz. Dia menggunakan Spitzer Space Telescope NASA untuk
mempelajari planet itu. Normalnya planet ini memiliki suhu 980 derajat. Tetapi hanya dalam berapa jam dapat diselubungi panas yang memaksa thermometer mendekati 2.240 derajat. Saat mendekati mataharinya, planet itu 10 kali lebih dekat jika dibandingkan jarak Merkurius ke matahari kita. Pada posisi itu, terjadi badai raksasa disertai dengan gelombang kejutan. Serbuan radiasi ke planet itu 800 kali lebih kuat. Tapi anehnya, panas di planet itu bisa cepat menghilang di angkasa yang hampa. “Sungguh aneh. Sungguh tak bisa didiami. Di galaxi dengan planet yang tak bisa didiami, planet ini merupakan salah satunya yang benar-benar tak mendukung kehidupan,” kata Laughlin. Planet itu mengitari mataharinya dengan orbit mirip komet, dalam jangka waktu hanya 111 hari. Matahari dari planet itu akan terlihat dari bumi dekat Big Dipper pada 14 Februari. Ada 15% kesempatan astronomer amatir bisa melihat HD80606b menggunakan teleskop kecil


KOMPAS.com — Teleskop NASA memotret sebuah awan antariksa yang dipenuhi bintang-bintang baru yang ditaburi debu-debu ruang angkasa. Citra inframerah ini berasal dari kumpulan bintang baru yang dilabel Berkeley 59.
Tiap bintangnya “baru” beberapa juta tahun dan karena warna-warni merah dan hijaunya, para ilmuwan NASA menyamakannya dengan sebuah mawar kosmis.
Citra ini diambil oleh perangkat baru NASA, yaitu Penjelajah Survei Inframerah Berlingkup Lebar atau Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE). Pengamat antariksa ini bernilai 320 juta dollar AS dan dibangun untuk memetakan seluruh langit dengan mendetail. Teleskop ini juga telah memotret asteroid gelap dan komet yang sebelumnya susah ditangkap citranya.
Teleskop WISE milik NASA diperkirakan bisa menyelesaikan pemetaan langitnya dalam enam bulan lagi.
Kembali pada mawar kosmis itu, cahaya merah di tengahnya adalah akibat panas yang dipancarkan oleh bintang-bintang dalam awan itu. Daerah hijau zamrud di pinggirannya adalah molekul-molekul polycyclic aromatic hydrocarbon yang bisa ditemukan juga di Bumi, yaitu dari hasil pembakaran, contohnya dari pipa knalpot mobil atau bahkan di dasar panggangan barbeque.


WASHINGTON (Suaramedia) Badan antariksa AS menyatakan, Rabu, Teleskop Antariksa Hubble miliknya telah membuat foto pertama, yang diambil dalam cahaya yang tampak,
sebuah planet yang mengedari sebuah bintang dalam tata surya lain. Massa planet tersebut, Fomalhaut b, diperkirakan tiga kali massa Jupiter, planet terbesar dalam tata surya kita.
Foto itu diambil ketika Fomalhaut b mengorbit bintang Fomalhaut, yang letaknya 25 tahun cahaya dari Bumi dalam konstelasi Piscis Australis atau Ikan Selatan.
Sangat menantang untuk mengambil gambar planet ini sehubungan kecermelangan bintangnya membuat hampir tak mungkin dalam cahaya yang tampak untuk melihat planet-planet yang mengorbitnya.
Kondisi ini memaksa para astronom mencari berbagai planet secara tak langsung dengan mengukur pengaruh gravitasi pada bintang yang sedang diedari planet.
Dalam foto yang dirilis Badan Antariksa dan Aeronautika AS (NASA), planet tersebut tampak seperti titik kecil di tengah cincin debu merah raksasa dari reruntuhan proto-planetary. Piring reruntuhan besar ini sama dengan dengan Sabuk Kuiper, yang melingkupi tata surya dan mengandung sejumlah benda dalam bentuk es, berupa titik debu dan bahkan benda seukuran planet cebol, seperti Pluto dalam tata surya kita.
“Berbagai pengamatan kami sangat rumit. Fomalhaut b satu miliar kali lebih redup ketimbang bintangnya. Kami memulai program ini pada 2001 dan usaha kami yang terus menerus akhirnya membuahkan hasil,” kata astronom Hubble, Paul Kalas dari Universitas California di Berkeley dalam sebuah pernyataannya.
NASA mengemukakan Fomalhaut telah menjadi planet buruan sejak Satelit Astronomi Infra Merah badan itu menemukan debu yang berlimpah di sekitar bintang itu pada awal dekade 1980-an.
NASA memberikan konfimasi planet itu jaraknya lebih dari 17,2 miliar kilometer dari bintangnya, atau sekitar 10 kali jarak Saturnus dari Matahari kita.
Planet asing itu juga lebih terang ketimbang yang diperkirakan bagi benda seukurannya, boleh jadi karena planet memiliki cincin es dan debu seperti Saturnus yang memantulkan cahaya bintang.

Foto-foto spektakuler Bumi ini merupakan gambar planet tersebut dengan warna paling setia yang pernah diterbitkan sejauh ini, kata para ilmuwan badan antariksa Amerika Serikat, NASA.
Foto: NASA
Citra Samudra Hindia dan Amerika Utara diproduksi oleh tim astronom NASA dengan menggunakan foto-foto dari satelit Terra yang berada 700 km di atas permukaan Bumi.
Serial foto the Blue Marble series dipadukan dari ribuan foto yang diambil dengan peralatan sensor jarak jauh satelit Terra untuk setiap kilometer persegi permukaan Bumi.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar